Senin, 11 Juli 2011

ASUHAN KEPERAWATAN KONJUNGTIVITIS


BAB I
PENDAHULUAN
  1. Latar Belakang
Panca indra adalah organ-organ akhir yang dikhususkan untuk menerima jenis rangsangan tertentu. Serabut saraf yang menanganinya merupakan alat perantara yang membawa kesan rasa dari organ indra menuju ke otak tempat perasaan ini ditafsirkan. Beberapa kesan timbul dari luar seperti sentuhan, pengecapan, penglihatan, penciuman dan suara. Mata adalah organ penglihatan. Suatu struktur yang sangat kompleks, menerima dan mengirimkan data ke korteks serebral. Seluruh lobus otak, lobus oksipital, ditujukan khusus untuk menterjemahkan citra visual. Selain itu, ada tujuh saraf kranial yang memilki hubungan dengan mata dan hubungan batang otak memungkinkan koordinasi gerakan mata. Salah satu penyakit yang dapat menyerang indra penglihatan yaitu konjungtivitis. Sebelumnya, pengertian dari konjungtiva itu sendiri adalah membrana mukosa yang melapisi bagian dalam kelopak mata (palpebra) dan berlanjut ke batas korneosklera permukaan anterior bola mata. Sedangkan pengertian konjungtivitis adalah inflamasi konjungtiva yang ditandai dengan pembengkakan dan eksudat. Pada konjungtivitis mata nampak merah, sehingga sering disebut mata merah. Menurut sumber lainnya, Konjungtivitis atau mata memerah adalah salah satu penyakit mata yang bisa mengganggu penderitanya sekaligus membuat orang lain merasa tidak nyaman ketika berkomunikasi dengan si penderita. Semua orang dapat tertular konjungtivis, bahkan bayi yang baru lahir sekalipun. Yang bisa ditularkan adalah konjungtivitis yang disebabkan oleh bakteri dan virus. Penularan terjadi ketika seorang yang sehat bersentuhan dengan seorang penderita atau dengan benda yang baru disentuh oleh penderita tersebut. Oleh karena itu, maka kita harus memahami tentang penyakit konjungtivitis agar dapat memutus mata rantai dari penularannya. Conjunctivitis ( konjungtivitis, pink eye ) merupakan peradangan pada konjungtiva ( lapisan luar mata dan lapisan dalam kelopak mata ) yang disebabkan oleh mikro-organisme (virus, bakteri, jamur, chlamidia), alergi, iritasi dari bahan-bahan kimia seperti terkena serpihan kaca yang debunya beterbangan sehingga mengenai mata kita dan menyebabkan iritasi.. Boleh dikata masyarakat kita sudah sangat mengenalnya. Penyakit ini dapat menyerang semua umur. Konjungtivitis yang disebabkan oleh mikro-organisme (terutama virus dan kuman atau campuran keduanya) ditularkan melalui kontak dan udara.

  1. Tujuan

  1. Tujuan Instruksional Umum

Adapun tujuan penulisan dari penyusunan makalah ini secara umum yaitu untuk mengetahui tentang Konsep Dasar Medis dan Konsep Dasar Keperawatan tentang Konjungtivitis.

  1. Tujuan Instruksional Khusus

Sedangkan tujuan khusus pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui proses perjalanan penyakit dari pembuatan makalah seperti konsep teori sampai dengan asuhan keperawatan yang diberikan pada pasien penderita konjungtivitis.





















BAB II
TINJAUAN TEORITIS KLIEN DENGAN KONJUNGTIVITIS
  1. Anatomi Dan Fisiologi
Organ eksternal oculi atau yang sering disebut dengan organ pada mata terdiri dari:
  1. Palpebrae
  2. Conjungtiva
  3. Apparatus lacrimalis
  4. Musculi eksternal bulbi
Dan yang akan dibahas pada makalah ini adalah tentang konjungtivitis, dan arti konjungtivitis itu sendiri merupakan mukosa tipis, transparan, yang melapisi bulbi hingga permukaan balakang palpebra.
Jenis dari conjungtiva adalah :
    1. conjungtiva palpebralis
    2. conjungtiva bulbi
    3. conjungtiva fornix.
( Sumber: Handout dari dr. Teddy Nugroho Mata Ajar Sistem Persepsi Sensori ).
  1. Definisi

Konjungtivitis adalah radang konjungtiva yang disebabkan oleh mikroorganisme seperti bakteri, alergi, viral, dan sika. ( Sumber: Arif Mansoer, Kapita Selekta Kedokteran edisi ke3, jilid 1 tahun 2001 ).
Konjungtivitis adalah peradangan konjungtiva akibat suatu proses infeksi atau respon alergi. (Corwin, 2001). Sedangkan menurut Brunner & Suddarth, konjungtivitis adalah inflamasi konjungtiva dan ditandai dengan pembengkakan dan eksudat. Pada konjungtivis mata nampak merah, sehingga sering disebut mata merah. ( Sumber: Brunner dan Suddarth, 2001, Keperawatan Medikal Bedah, Vol. III, EGC, Jakarta )
Konjunctivitis ( konjungtivitis, pink eye ) merupakan peradangan pada konjungtiva ( lapisan luar mata dan lapisan dalam kelopak mata ) yang disebabkan oleh mikro-organisme (virus, bakteri, jamur, chlamidia), alergi, iritasi bahan-bahan kimia. Boleh dikata masyarakat kita sudah sangat mengenalnya. Penyakit ini dapat menyerang semua umur. Konjungtivitis yang disebabkan oleh mikro-organisme (terutama virus dan kuman atau campuran keduanya) ditularkan melalui kontak dan udara. ( Sumber: www.komunitas dudungnet.com )
  1. Etiologi
Pembagian konjungtivitis berdasarkan penyebabnya :
- Konjungtivitis akut bacterial, mis: konjungtivitis blenore, konjungtivitis gonore, - konjungtivitis difteri, konjungtivitis folikuler, konjungtivitis kataral.
- Konjungtivitis akut viral, mis: keratokonjungtivitis epidemik, demam faringokonjungtiva, keratokonjungtivitis herpetic.
- Konjungtivitis akut jamur
- Konjungtivitis akut alergik
- Konjungtivitis kronis, mis: trakoma.
Personal hygiene dan kesehatan lingkungan yang kurang, alergi, nutrisi kurang vitamin A, iritatif (bahan kimia, suhu, listrik, radiasi ultraviolet), juga merupakan etiologi dari konjungtivitis. ( Sumber: Mansjoer, Arif dkk., 2001, Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 Jilid I, Medica Aesculapius FKUI, Jakarta.)
  1. Klasifikasi

1). Konjungtivitis Bakteri

Terutama disebabkan oleh Staphylococcus aureus, Streptococcus pneumoniae, Haemophilus influenzae, dan Moraxella catarrhalis. Konjungtivitis bakteri sangat menular, menyebar melalui kontak langsung dengan pasien dan sekresinya atau dengan objek yang terkontaminasi.
2). Konjungtivitis bakteri hiperakut
Neisseria gonnorrhoeae dapat menyebabkan konjungtivitis bakteri hiperakut yang berat dan mengancam penglihatan, perlu rujukan ke oftalmologis segera.
3). Konjungtivitis Viral
Jenis konjungtivitis ini adalah akibat infeksi human adenovirus ( yang paling sering adalah keratokonjungtivitis epidermika ) atau dari penyakit virus sistemik seperti mumps dan mononukleosis. Biasanya disertai dengan pembentukan folikel sehingga disebut juga konjungtivitis folikularis. Mata yang lain biasanya tertular dalam 24-48 jam.
4). Konjungtivitis Alergi
Infeksi ini bersifat musiman dan berhubungan dengan sensitivitas terhadap serbuk, protein hewani, bulu, makanan atau zat-zat tertentu, gigitan serangga dan/atau obat ( atropin dan antibiotik golongan Mycin). Infeksi ini terjadi setelah terpapar zat kimia seperti hair spray, tata rias, asap rokok. Asma, demam kering dan ekzema juga berhubungan dengan konjungtivitis alergi. Disebabkan oleh alergen yang terdapat di udara, yang menyebabkan degranulasi sel mast dan pelepasan histamin.. Pasien dengan konjungtivitis alergi sering memiliki riwayat atopi, alergi musiman, atau alergi spesifik (misal terhadap kucing)
5). Konjungtivitis blenore, konjungtivitis purulen ( bernanah pada bayi dan konjungtivitis gonore ). Blenore neonatorum merupakan konjungtivitis yang terdapat pada bayi yang baru lahir. ( Sumber: www.dhetective.com ).

  1. Patofisiologi

Konjungtiva karena lokasinya terpapar pada banyak mikroorganisme dan faktor lingkungan lain yang menganggu. Beberapa mekanisme melindungi permukaan mata dari substansi luar. Pada film air mata, unsur berairnya mengencerkan materi infeksi, mukus menangkap debris dan kerja memompa dari palpebra secara tetap menghanyutkan air mata ke duktus air mata dan air mata mengandung substansi antimikroba termasuk lisozim. Adanya agens perusak, menyebabkan cedera pada epitel konjungtiva yang diikuti edema epitel, kematian sel dan eksfoliasi, hipertrofi epitel atau granuloma. Mungkin pula terdapat edema pada stroma konjungtiva ( kemosis ) dan hipertrofi lapis limfoid stroma ( pembentukan folikel ). Sel –sel radang bermigrasi dari stroma konjungtiva melalui epitel ke permukaan. Sel – sel ini kemudian bergabung dengan fibrin dan mukus dari sel goblet, membentuk eksudat konjungtiva yang menyebabkan perlengketan tepian palpebra saat bangun tidur
Adanya peradangan pada konjungtiva ini menyebabkan dilatasi pembuluh – pembuluh konjungtiva posterior, menyebabkan hiperemi yang tampak paling nyata pada forniks dan mengurang ke arah limbus. Pada hiperemia konjungtiva ini biasanya didapatkan pembengkakan dan hipertrofi papila yang sering disertai sensasi benda asing dan sensasi tergores, panas, atau gatal. Sensasi ini merangsang sekresi air mata. Transudasi ringan juga timbul dari pembuluh darah yang hiperemia dan menambah jumlah air mata. Jika klien mengeluh sakit pada iris atau badan silier berarti kornea  terkena. ( Sumber: http//dhetective-dhetective.blogspot ).




  1. Konj. Akut Alergi
     
    Konj. Akut jamur
     
    Konj. Akut Viral
     
    Konj. Akut Bakterial
     
    Patways
 





























  1. Manifestasi Klinik

1)      Konjungtivitis Bakteri
Gejalanya, dilatasi pembuluh darah, edema konjungtiva ringan, epifora dan rabas pada awalnya encer akibat epifora tetapi secara bertahap menjadi lebih tebal atau mukus dan berkembang menjadi purulen yang menyebabkan kelopak mata menyatu dalam posisi tertutup terutama saat bangun tidur pagi hari. Eksudasi lebih berlimpah pada konjungtivitis jenis ini. Dapat ditemukan kerusakan kecil pada epitel kornea
2)      Konjungtivitis Bakteri Hiperakut
Sering disertai urethritis. Infeksi mata menunjukkan sekret purulen yang masif. Gejala lain meliputi mata merah, iritasi, dan nyeri palpasi. Biasanya terdapat kemosis, kelopak mata bengkak, dan adenopati preaurikuler yang nyeri. Diplokokus gram negatif dapat diidentifikasi dengan pewarnaan Gram pada sekret. Pasien biasanya memerlukan perawatan di rumah sakit untuk terapi topikal dan sistemik.
3)      Konjungtivitis Viral
Gejalanya : Pembesaran kelenjar limfe preaurikular, fotofobia dan sensasi adanya benda asing pada mata. Epifora merupakan gejala terbanyak. Konjungtiva dapat menjadi kemerahan dan bisa terjadi nyeri periorbital. Konjungtivitis dapat disertai adenopati, demam, faringitis, dan infeksi saluran napas atas.
4)      Konjungtivitis Alergi
a.                   Mata Gatal
b.                  Panas
c.                   Mata berair
d.                  Mata merah
e.                   Kelopak mata bengkak
5)      Konjungtivitis blenore, konjungtivitis purulen ( bernanah pada bayi dan konjungtivitis gonore ).
Tanda- tanda blenore adalah sebagai berikut:
a.       ditularakn dari ibu yang menderita penyakit GO
b.      merupakakan penyebab utama oftalmia neonatorum
c.       memberikan sekret purulen padat sekret yang kental
d.      perdarahan subkonjungtiva. ( Sumber: http//dhetective.blogspot ).
  1. Komplikasi

Komplikasi yang sering timbul biasanya adalah:
Ulkus kornea dan menurut beberapa ahli komplikasi ini lebih cepat timbul pada orang dewasa dari pada bayi (pada bayi komplikasi ulkus kornea timbul sesudah minggu pertama) ulkus kornea dapat mengalami perforasi dengan berakibat timbulnya endoftalmitis yang berakhir dengan kebutaan.
Oleh karena itu setiap penderita konjungtuvitis gonoreika perlu sekali untuk diperiksa keadaan korneanya. Berhubung bahaya timbulnya komplikasi yang dapat menimbulkan kebutaan, maka setiap penderita konjungtivitis gonoreika harus dirawat dalam kamar isolasi.
Kesulitannya ialah penderita anak dan dewasa yang sulit diisolasi, sehingga berbahaya untuk penularan sekitanya. Pengobatan dilakukan dengan memberikan salep mata penisilin tiap ¼ jam sesudah terlebih dahulu setiap kali mata dibersihkan dari pada sekret, selain itu juga diberikan penisilin intramuskulus. Bila kuman telah resisten terhadap penisilin, dapat dipakai antibiotika lain seperti kloramfenikol atau tertasiklin.
( Sumber: http//dhetective-dhetective.blogspot )

BAB III
MANAJEMEN KLIEN DENGAN KONJUNGTIVITIS
  1. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan yang sering dilakukan pada penyakit konjungtivitis adalah:
- Pemeriksaan sitologi melalui pewarnaan gram atau giemsa.
- Pemeriksaan darah (sel-sel eosinofil) dan kadar IgE.
( Sumber: Mansjoer, Arif dkk., 2001, Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 Jilid I, Medica Aesculapius FKUI, Jakarta ).
  1. Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan secara langsung dari kerokan atau getah mata setelah bahan tersebut dibuat sediaan yang dicat dengan pengecatan gram atau giemsa dapat dijumpai sel-sel radang polimorfonuklear. Pada konjungtivitis yang disebabkan alergi pada pengecatan dengan giemsa akan didapatkan sel-sel eosinofil. ( Sumber: www.KhaidirMuhajBlogsite.com )

  1. Penatalaksanaan Keperawatan
Untuk penatalaksanaan keperawatan pada konjungtivitis meliputi:
- Kojungtivitis bakteri biasanya diobati dengan tetes mata atau krim antibiotik, tetapi sering sembuh sendiri dalam waktu sekitar 2 minggu tanpa pengobatan. Karena sangat menular diantara anggota keluarga lain dan teman sekolah, maka diperlukan tehnik mencuci tangan yang baik dan pemisahan handuk bagi orang yang terjangkit. Anggota keluarga jangan bertukar bantal atau seprei.
- Kompres hangat pada mata dapat mengangkat rabas.
- Konjungtivitis akibat virus biasanya diobati dengan kompres hangat. Untuk mencegah penularan, diperlukan tehnik mencuci tangan yang benar
- Konjungivitis alergi diobati dengan menghindari alergen apabila mungkin, dan pemberian tetes mata yang mengandung anti histamin atau steroid untuk mengurangi gatal dan peradangan.
( Sumber: Mansjoer, Arif dkk., 2001, Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 Jilid I, Medica Aesculapius FKUI, Jakarta )
  1. Manajemen Diet

Penyakit Mata:
    1. Infeksi
- Konjungtivitis bakteri/virus, keratitis, ulkus kornea, endoftalmitis, neuritis, retinitis
    1. Non Infeksi
- Konjungtivitis alergi, glaukoma akut/kronik, katarak, diabetic retinopathy, macular degeneration (kelainan retina), trauma mata (asam/basa/benda asing), krelainan refraksi, tumor mata, buta senja, xeroftalmia, bitot spot, kebutaan total
- Penyebab lain : paparan zat asing/polusi, radiasi sinar UV, radiasi sinar komputer, usia > 65 tahun
Tujuan Diet:
-     Mencegah terjadinya penyakit mata akibat infeksi, komplikasi & defisiensi zat gizi (Circulus vitiosus)
-         Mencegah kerusakan mata berlanjut
-         Memperbaiki kerusakan sel syaraf mata
Syarat Diet:
-         Konsumsi energi & zat gizi seimbang
-         Protein cukup (10 – 15 % energi total)
-         Protein & Zink (Zn) berfungsi mempengaruhi absorpsi, transport & penimbunan vitamin A ke hati & mobilisasi vitamin A dari hati.
-         Media perambatan impuls syaraf mata (rhodopsin)
-     Konsumsi vitamin A sesuai kebutuhan 1200–4000 IU/hari (1 IU = 0,3 µg retinol):
·                    Berfungsi untuk "body regulators" & berhubungan erat dengan proses-proses metabolisme untuk fungsi penglihatan (pigmen rhodopsin = retinal & protein opsin)
·                    Antioksidan, pertumbuhan sel epitel, stimulasi pembentukan sel NK, sel T, limfosit, meningkatkan indra kepekaan pencium & perasa
-         Suplementasi vitamin A per oral 200.000 I.U dalam bentuk oil emulsion 2 kali setahun pada Balita
-         Mengendalikan glukosa darah untuk penderita DM (diet DM)
-         Mengendalikan tekanan darah untuk penderita hipertensi (rendah garam, rendah lemak jenuh/kolesterol)
-         Sumber antioksidan lain : vitamin C, vitamin E dan karotenoid
-         Senyawa karotenoid (lutein, zeaxhantin, astaxhantin) mampu melindungi mata dari kerusakan oksidatif (radikal bebas) dan radiasi sinar UV
Contoh : sayuran hijau tua dan buah warna merah/kuning
( Sumber: Handout dari Yulianto, SKM Sistem Persepsi Sensori ).

  1. Pengobatan Pada Penyakit Konjungtivitis

Pada umumnya konjungtivitis sembuh sendiri (self limited) tanpa pengobatan dalam 10-14 hari. Jika diobati biasanya akan sembuh sekitar 3 hari. Pengobatan yang bersifat spesifik bergantung pada penyebabnya.
Konjungtivitis yang disebabkan oleh bakteri, dapat menggunakan antibiotika topikal (obat tetes atau salep), misalnya Gentamycin 0,3%, Chloramphenicol 0,5%, dll. Adapun pengobatan pada konjungtivitis yang disebabkan virus, lebih ditujukan untuk mencegah infeksi yang lebih bersifat sekunder dari pada primer.
Dipedesaan  kebanyakan penderita konjungtivitis mengobati sendiri dengan obat tetes mata yang dijual bebas sebagai langkah awal. Sebagian sembuh dan sebagian akan berobat ketika dirasa makin berat dan mengganggu penglihatan maupun terasa menjanggal.
Pada konjungtivitis karena alergi, ditandai dengan mata merah, gatal, tanpa kotoran mata dan berulang di saat-saat tertentu (misalnya oleh paparan debu dan sejenisnya), dapat menggunakan obat tetes mata antihistamin (antazoline 0,5%, naphazoline 0,05%, dan sejenisnya), kortikosteroid (deksamethason 0,1%, dan sejenisnya) atau kombinasi keduanya. ( sumber: www.komunitasdudungnet.com )

  1. Pencegahan Penyakit Dari Konjungtivitis


Untuk mencegah makin meluasnya penularan konjungtivitis, kita perlu memperhatikan langkah-langkah sebagai berikut:
  • Usahakan tangan tidak megang-megang wajah (kecuali untuk keperluan tertentu), dan hindari mengucek-ngucek mata.
  • Mengganti sarung bantal dan handuk dengan yang bersih setiap hari.
  • Hindari berbagi bantal, handuk dan saputangan dengan orang lain.
  • Mencuci tangan sesering mungkin, terutama setelah kontak (jabat tangan, berpegangan, dll) dengan penderita konjungtivitis.
  • Untuk sementara tidak usah berenang di kolam renang umum.
  • Bagi penderita konjungtivitis, hendaknya segera membuang tissue atau sejenisnya setelah membersihkan kotoran mata.






BAB IV
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN KONJUNGTIVITIS
  1. Pengkajian

1). Biodata yang meliputi: Tanggal wawancara, tanggal MRS, No. RMK. Nama, umur, jenis kelamin, suku / bangsa, agama, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, alamat, penanggung jawab.
2).    Keluhan Utama biasanya berupa keluhan yang dirasakan klien pada saat itu.
3). RPS ( riwayat penyakit sekarang ) biasanya berisi tentang penyakit yang dialami klien
4). RPK ( riwayat penyakit keluarga ) biasanya diambil dari penyakit yang pernah diderita oleh keuarga pasien.
5). RPD ( riwayat penyakit dahulu ) diambil dari riwayat penyakit dahulu.
Sedangkan data dasar pengkajian pada klien dengan konjungtivitis adalah :
- Aktivitas/Istirahat
Gejala :    Perubahan aktivitas biasanya/hobi sehubungan dengan gangguan penglihatan.
- Neurosensori
Gejala :    Gangguan penglihatan (kabur/tak jelas), kehilangan bertahap penglihatan perifer.
- Nyeri/Kenyamanan
Gejala :    Ketidaknyamanan ringan/mata berair.
Nyeri tiba-tiba/berat, menetap atau tekanan pada dan sekitar mata, sakit kepala.


  1. Diagnosa keperawatan
  1. Perubahan kenyamanan (nyeri) berhubungan dengan pembengkakan pada konjungtiva.
  2. Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan penglihatan yang terganggu
  3. Kurang pengetahuan berhubungan dengan informasi yang kurang didapat.

  1. Rencana Keperawatan
Dx
Tujuan & KH
Intervensi
Rasional
1.
Tujuan : nyeri yang dirasakan klien dapat berkurang, dan klien tidak merasa kesakitan
KH: Nyeri berkurang atau terkontrol
1)   - Kaji tingkat nyeri yang dialami oleh klien.
2)  - Ajarkan klien metode distraksi selama nyeri, seperti nafas dalam  dan teratur.
3) - Ciptakan lingkungan tidur yang nyaman aman dan tenang

   
4)   Kolabo - Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian analgesik.  
- Untuk menentukan pilihan intervensi yang tepat.
- - Berguna dalam intervensi selanjutnya.

--- - Merupakan suatu cara pemenuhan rasa nyaman kepada klien dengan mengurangi stressor yang berupa kebisingan.
- Menghilangkan nyeri,karena memblokir saraf penghantar nyeri
2.
Tujuan : Setelah diberikan askep keperawatan diharapkan gangguan persepsi sensori berkurang atau hilang
KH : Pasien dapat melihat dengan baik, pasien tidak mengalami kesusahan waktu melihat atau berinteraksi dg orang lain.
- Kaji ketajaman penglihatan pasien

- Anjurkan kepada keluarga atau orang terdekat klien untuk tinggal bersama klien
- Anjurkan kepada pasien dan keluarga untuk mematuhi progam terapi yang telah dilaksanakan.
- untuk mengkaji sejauh mana pasien dapat melihat
- Megawasi dan membimbing selama pengobatan berlangsung.

- untuk mempercepat dalam proses penyembuhan
3.
Tujuan: pasien tidak dalam keadaan cemas maupun gelisah cemas
KH: Klien mengatakan pemahaman tentang proses penyakitnya dan dalam keadaan tenang.
- Kaji tingkat ansietas / kecemasan.

- Beri penjelasan tentang proses penyakitnya.
- Beri dukungan moril berupa do’a untuk klien.
- Bermanfaat dalam penentuan intervensi.
- Meningkatkan pemahaman klien tentang proses penyakitnya
- Memberikan perasaan tenang kepada klien.




  1. Implementasi
No. Dx
IMPLEMENTASI
1.
A – Mengkaji tingkat nyeri yang dialami oleh klien.
2)  - Mengajarkan klien metode distraksi selama nyeri, seperti nafas dalam  dan teratur.
3) - Menciptakan lingkungan tidur yang nyaman aman dan tenang
- Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian analgesik
2.
- Mengkaji ketajaman penglihatan pasien
- Menganjurkan kepada keluarga atau orang terdekat klien untuk tinggal bersama klien
- Menganjurkan kepada pasien dan keluarga untuk mematuhi progam terapi yang telah dilaksanakan.
3.
- Mengkaji tingkat ansietas / kecemasan.
- Memberi penjelasan tentang proses penyakitnya.
- Memberi dukungan moril berupa do’a untuk klien.

  1. Evaluasi



No. Dx
EVALUASI
1.
S: Klien mengatakan nyeri yang dirasakan sudah mulai berkurang
O: Klien menunjukkan perasaan yang rileks dan tidak mengalami kesakitan lagi
A: Masalah teratasi
P: Hentikan intervensi
2.
S: Klien mengatakan tidak bisa melihat seseorang jika dari jarak jauh
O: Klien menunjukkan sikap kebingungan ketika diajak bertatap muka, dan sering salah jika berhadapan dengan orang lain.
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
3.
S: Klien mengatakan cemas dan gelisah ketika ditanya tentang penyakit yang ia derita.
O: Klien tampak bingung dan wajah pucat, akral dingin dan cemas
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi







Tidak ada komentar:

Posting Komentar